2.1
Teori Pendidikan
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori
kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu.
Nana S. Sukmadinata
(1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis
dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih
dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik
2. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari
asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta
didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini,
peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati
posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator
dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas
kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan
proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan
yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3.
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam
teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli
bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan
yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan
bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan
pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan
pendalaman bahan.
4.
Pendidikan
interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang
bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah
satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam
pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada
peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga
terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan,
antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui
berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar
mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta
tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya
dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu
filsafat rekonstruksi sosial.
2.2
Perbedaan
Teori Dan Praktek
Teori
yang salah dan praktek yang salah, tetapi dipulas dan didandani seakan semuanya
menyenangkan dan menimbulkan bayangan-bayangan menyenangkan. Kebijakan yang
dimulai dengan konsep dan teori yang salah, akan menghasilkan praktek yang yang
bukan hanya salah tetapi juga mengakibatkan berbagai macam persoalan dalam
kaitannya dengan hubungan sosial dan nasib kemanusiaan.
Teori
merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri
merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau
kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita
merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep
merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan
antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya,
teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan
peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi
teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia
merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami
dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan
membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara
dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang
beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu
sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan
dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing. Buku ini memang
bermaksud untuk memberikan penggolongan dari teori-teori tentang pendidikan
yang diharapkan secara kuat mampu mengungkap perbedaan antara suatu teori
dengan lainnya.
2.3
Macam-macam
Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau
kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus
pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui
perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.
Teori Belajar kognitivisme
Teori
belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model
ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah
Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer)
yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks
filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir
untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan
lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan
mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
2.4
Teori
Belajar Yang Mendukung Pembelajaran IPA
Teori Belajar yang
mendukung pembelajaran IPA SD
-
Teori Piaget yang menguraikan
perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
-
Teori
konstruktivisme Peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang
lain. Mereka membangunsendiri dari pengalaman sebelum mendapat pelajaran IPA di
sekolah
-
Teori
Belajar PiagetPiaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat
bahwa anak membangunsendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan
lingkungan. Dalam pandanganPiaget, pengetahuan datang dari tindakan,
perkembangan kognitif sebagian besar bergantungkepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.Dalam hal ini peran
guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.
Kecendrungan Anak SD beranjak dari
hal-hal yang konkrit memandang sesuatu yang dipelajari sebagai satu kebutuhan,
terpadu. Berdasarkan kecendrungan diatas maka,belajar adalah suatu proses yang
aktif,konstruktif berorientasi pada tujuan, semuanya bergantung pada aktifitas
mental peserta didik.
Struktur kognitif merupakan
kelompok ingatanyang tersusun dan saling berhubungan, aksidan strategi yang
dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya.
Dalam
pembelajaran IPA pergunakanlah :
a. Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu
kegiatan aktif mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret
b. Penata awal. Yaitu suatu informasi
umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c. Pergunakanlah kegiatan yang
bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda
dan gaya belajar yang berlainan.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق